Dalam proses pengolahan data hasil
penelitian, uji asumsi menjadi salah satu syarat dalam analisis regresi. Sobat
Fullpaper....... Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus
dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis
ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS
tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua
uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji
multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linear sederhana dan
uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Uji asumsi klasik yang sering digunakan
yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji
autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan
uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada
data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi
klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan
perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan
pengujian pada uji yang lain.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat
apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas
bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering
terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada
masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan
normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
Pengertian normal secara sederhana dapat
dianalogikan dengan sebuah kelas. Dalam kelas siswa yang bodoh sekali dan
pandai sekali jumlahnya hanya sedikit dan sebagian besar berada pada kategori
sedang atau rata-rata. Jika kelas tersebut bodoh semua maka tidak normal, atau
sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika suatu kelas banyak yang pandai maka
kelas tersebut tidak normal atau merupakan kelas unggulan. Pengamatan data yang
normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan
kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median
relatif dekat.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan
uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau
uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat.
Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan
perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji
normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada
jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian
dengan metode grafik.
Jika residual tidak normal tetapi dekat
dengan nilai kritis (misalnya signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,049)
maka dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin memberikan justifikasi
normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa
langkah yaitu: melakukan transformasi data, melakukan trimming data outliers atau menambah data
observasi. Transformasi dapat dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural, akar
kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva normalnya,
apakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau menyebar ke samping
kanan dan kiri.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk
melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada
korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara
variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Sebagai ilustrasi,
adalah model regresi dengan variabel bebasnya motivasi, kepemimpinan dan
kepuasan kerja dengan variabel terikatnya adalah kinerja. Logika sederhananya
adalah bahwa model tersebut untuk mencari pengaruh antara motivasi,
kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Jadi tidak boleh ada korelasi
yang tinggi antara motivasi dengan kepemimpinan, motivasi dengan kepuasan kerja
atau antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja.
Alat statistik yang sering dipergunakan
untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan variance inflation
factor (VIF), korelasi pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan
melihat eigenvalues dan condition index (CI).
Beberapa alternatif cara untuk mengatasi
masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:
1. Mengganti atau mengeluarkan variabel
yang mempunyai korelasi yang tinggi.
2. Menambah jumlah observasi.
2. Menambah jumlah observasi.
3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma
natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk
melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan
adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi)
dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak
terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit
kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang
dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White.
Beberapa alternatif solusi jika model
menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam
bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif.
Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang
mengalami gangguan heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat
apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t
-1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada
korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Sebagai contoh
adalah pengaruh antara tingkat inflasi bulanan terhadap nilai tukar rupiah
terhadap dollar. Data tingkat inflasi pada bulan tertentu, katakanlah bulan
Februari, akan dipengaruhi oleh tingkat inflasi bulan Januari. Berarti terdapat
gangguan autokorelasi pada model tersebut. Contoh lain, pengeluaran rutin dalam
suatu rumah tangga. Ketika pada bulan Januari suatu keluarga mengeluarkan
belanja bulanan yang relatif tinggi, maka tanpa ada pengaruh dari apapun,
pengeluaran pada bulan Februari akan rendah.
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada
data time series (runtut waktu) dan tidak
perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana
pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan.
Model regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih
dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.
Beberapa uji statistik yang sering
dipergunakan adalah uji Durbin-Watson, uji dengan Run Test dan jika data
observasi di atas 100 data sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier.
Beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan
mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam
bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation). Selain itu juga
dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi
salah satu variabel bebas, sehingga data observasi menjadi berkurang 1.
5. Uji Linearitas
Uji linearitas dipergunakan untuk
melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji
ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk
berdasarkan telaah teoretis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori
bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan
regresi linear, misalnya masalah elastisitas.
Jika ada hubungan antara dua variabel
yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat
digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear
atau tidak. Uji linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat
linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau
tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji
Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier.
Uji asumsi klasik juga tidak perlu
dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai
pada variabel tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan market
model, atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan
dapat dilakukan dengan persamaan regresi, tetapi tidak perlu diuji asumsi
klasik.
Nah... sobat Fullpaper... itulah
beberapa penjelasan yang kami dapat dari sebuah website konsultan statistik,
untuk pemahaman yang lebih mendalam, silakan mencoba melakukan penelitian yang
berkaitan dengan uji asumsi yang telah kita bahas... keep spirit J
0 komentar
Post a Comment